Cericis burung menyambut hangatnya mentari. Menyambut awal liburan kali ini. Dinginnya udara luar menusuk tulang punggungku dengan perlahan hingga memaksaku menarik selimut sampai menutupi kepala. Suara Adzan sayup-sayup mulai terdengar memaksaku segera bergegas ke kamar mandi dan mengambil wudhu. Namun diri ku masih terasa berat masih ingin tetap tinggal di kasur. Seperti biasanya, kutelusuri meja kecil yang tepat berada sebelah kepalaku menarik perlahan kacamataku dan tak lupa HandPhone. Jari tanganku bekerja mencari gallery dan membuka foto mu. Untuk sekedar meredakan rasa rindu dan mengucap "Selamat pagi pangeran yang tak lagi dapat kusentuh jemari"
Tetesan air wudhu masih mengalir di pelipis. Rasa kantuk itu tak lagi terasa justru membuatku lebih bersemangat. Hembusan angin menggoda gorden berwarna hijau tosca yang tergantung indah. Jendela kamarku tepat berada lurus dengan jendela kamarmu. Dulu kau selalu mewarnai pagiku dengan senyum renyahmu. Sekarang? semua hanya tinggal bayang semu. Tapi aku masih ingat bagaimana kau menyapaku saat itu.
Kuambil sepatu olahragaku lalu mengeluarkan sepeda dari garasi. Ku kayuh sepeda dengan hati berbunga meski terselip kerinduan teramat dalam. Taman. Tempat bersejarah bagiku di mana saat itu pertama kali pertemuanku dengannya dan juga tempat terakhir kalinya pertemuanku. Duduk di kursi panjang tepat berada di bawah pohon kenangan membuat semua memory di otakku kembali direfresh. Semua terbayang.
Aku yakin tidak akan menangis lagi di tempat ini. Hanya saja perlahan sudut mataku mulai basah. Dada ku serasa sesak. Terdengar bagaimana tawa renyah itu tercipta. Bagaimana dengan mudahnya aku melihatmu mengembangkan senyum sempurna itu. Terbayang saat kau memperkenalkanku pada sosok yang kau cintai dan saat itu hatiku seharusnya bahagia melihatmu sudah dewasa dan memilih yang terbaik menurutmu. Tapi tidak waktu itu. Hatiku seperti dicabik, dihantam berjuta meteor, lalu meninggalkanmu bersamanya di taman itu.
Dan di situ aku juga melihat kau benar-benar rapuh. Matamu berlinang air mata menyesali perbuatanmu yang terlalu tergesa menganggap cinta mu sejati padahal itulah cinta palsu. Kau hanya menyandarkan kepalamu di bahuku. Tak seperti kau biasanya yang selalu tegar. Mataku mulai sembab mengikuti derita yang kau rasakan. Sejak saat itu aku takut kau berkenalan dengan cinta lainnya lagi.
Terngiang kenangan lain.. Saat kau mengucap kalimat perpisahan pada ku. Kau memilih mengatakan padaku tepat sebelum kau berangkat dengan menenteng kopor. Jujur, saat itu aku benar tak kuasa hatiku menerima kenyataan itu. Aku memberontak. Menagih janji yang dulu kau ucap, kau akan melindungiku selalu sampai kapanpun, kau takkan pernah meninggalkanku sendiri, akan selalu mewarnai hari-hariku, dan yang lainnya. Kau hanya terdiam memelukku dengan hangat. Aku tau kita tak lagi tegar. Nada bicaramu mulai bergetar membuatku semakin tak kuasa. Ditempat itu terakhir kalinya kita mengucap janji setia sebuah persahabatan. Kau meninggalkanku dengan langkah berat.
Pesawat yang kau naiki sudah terbang landas menembus puing-puing awan. Aku hanya bisa duduk bersimpuh. Andai saja saat itu aku mengatakan apa yang ku rasa, mengutarakan isi hatiku, mungkin lain cerita. Tapi aku sudah mengucap janji setia persahabatan. Kau pergi meninggalkanku untuk mendalami agama islam. Orang tuamu tampak tegar tak seperti aku dan kau.
Perlu kau tahu pangeran. Masih ingatkah dengan janji terakhirmu? "Aku akan pulang jika aku sudah pantas mengajarimu ilmu islam dan dapat melindungimu. Insyaallah". Sampai saat ini aku belum diberi kesempatan menemuimu pangeran. Mungkin ini salahku. terlalu sibuk di luar sana sampai beberapa kali kau pulang aku tak sempat menemuimu. Pangeran maaf kali ini aku mengingkari janji terakhir kita. Maaf aku tak bisa menjaga perasaanku padamu sampai akhirnya perasaanku menjadi liar. Aku bingung apa yang kurasa. Hatiku merindukan hadirmu setiap saat. Aku bingung atas yang kurasakan. Inikah cinta atau hanya sebatas simpati. Jika aku boleh memilih inilah Cinta. Akan kutunggu hadirmu tetap di bawah pohon itu..
Dari seorang yang selalu menunggumu pulang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar