Sejak kedatanganmu beberapa minggu ini, aku seperti kembali ke masa yang pernah aku lewati. Kembali kepada rasa yang pernah tertiup angin, hampir tumbang, lalu benar-benar tumbang. Awal pertemuan kita. Ya aku ingat, saat itu aku sedang mengikuti lomba dan kamu bertugas mendokumentasikan. Dari situ percakapan absurd yang terkadang sulit di cerna terlontar dari mulut kita. Perkenalan kecil sampai lelucon yang membuat perut sakit. Kamu bukan seperti teman, tapi sebagai seorang pelawak tepatnya. Dengan lelucon-lelucon yang dibawakan comic StandUp kau mengocok perut kami.
Disitulah ketertarikan itu muncul. Entah apa yang membuatku selalu mencari-cari tentangmu setelah itu. Wajahmu? tidak, wajahmu biasa saja. Kamu pandai? tidak, kamu lola. Entahlah.
Semua berjalan tetap seperti itu. Sampai diperlombaan berikutnya, sampai aku tau kamu sedang dekat dengan temanmu yang juga satu tim denganku. Mataku hanya menatap lurus, seperti ditetesi air raksa, untuk berkedippun sulit. Untunglah aku tak sampai membicarakan kepadanya. Aku tak tahu bagaimana jika dia mengetahui, mendengar secara langsung bahwa kita menyukai orang yang sama. Nafasku tersengal. Kamu tahu bagaimana rasanya saat itu? tidak hanya hari itu, latihan selanjutnya dia selalu bercerita tentangmu. Hatiku seperi dihujani beribu duri dan menancap tanpa tahu mengenal rasanya.
Aku memutuskan membiarkan semuanya berjalan seiring waktu. Mungkin andalanku hanya waktu yang akan membuktikan. Sampai rasa itu benar-benar terpendam. Tapi sekarang, rasa itu kembali tumbuh. Sejak percakapan absurd itu terjadi lagi. Ada rasa rindu di setiap jentikan pesan singkat yang terkirim. Kau tau? mungkin tidak. Akhir-akhir ini aku sering menunggumu sampai larut malam hanya untuk mengunggumu di pesan singkat. Tapi, kau juga tak muncul-muncul. Entah apa yang terjadi dua hari belakangan ini pada dirimu. Sepertinya kau baik-baik saja. Oh.. apakah kau sudah mempunyai gebetan baru yang kau incar itu? iya, yang kau ucapkan kepadaku? Semoga kau baik-baik sajalah. Jika itu benar, Selamat. Sekali lagi selamat karena tanpa aku sengaja aku membukakan hati padamu lagi. Kalau kamu tak mau menutupnya dan kamu tak mengizinkan aku masuk ke hatimu, aku tak apa. Sungguh. Tapi dikamus besarku tak ada kata "Aku bahagia jika melihatmu bahagia dengan yang lainnya." yang ada dalam kamus besarku "Aku bahagia jika aku melihatmu tersenyum bahagia karenaku dan bersamaku."
Lagi-lagi kau buat aku menunggu
sebuah kepastian yang tidak pasti adanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar