Sabtu, Agustus 23, 2014

Inikah Namanya Cinta?

Ketika aku mengingatmu ada senyum simpul yang tersamarkan. Awal pertemuan kita. Ya, apakah kamu masih ingat? Mungkin tidak, karena itu adalah hal biasa bagimu tapi tidak bagiku. Saat itu masa-masa barumu menginjakkan kaki di sekolah lanjutan pertama. Wajah polosmu masih kental ditambah seragam merah putihmu. Pertama kali aku bertemu denganmu saat materi upacara. Sebagai seorang senior dan juniornya. Aku menjadi petugas pengibar bendera pada pembukaan MOS. Setelahnya kami mengajarkan pada siswa baru materi upacara. Secara langsung aku memilihmu menjadi pengibar bendera. Nada bicaramu masih lugu kala itu. Wajahmu menyiratkan rasa malu dan tidak percaya diri. Tapi aku yakin dengan postur tubuhmu kamu bisa.

Dari kejauhan aku mengamatimu dan dari situlah ketertarikan itu muncul. Kamu unik. Posturmu tinggi melebihi tinggiku, senyumu manis, kulitmu putih jika dibandingkan cowok yang lainnya, satu lagi kau mempunyai lesung pipit yang membuat wajahmu tidak bosan dipandang. Aku selalu suka dengan caramu melontarkan senyum. Lesung pipitmu selalu muncul meski kau hanya tersenyum simpul dan juga matamu yang terlihat hanya segaris ketika tersenyum.

Ya Tuhan, bodohkah aku? Rasa apa ini? Hei sadarlah dia masih bocah ingusan. Apa kamu gila menyukai siswa kelas 7 yang baru dilantik sehari kemerin? Kumohon jangan terlalu cepat. Aku menganggap mungkin itu hanya ketertarikan sesaat dan terjebak situasi. Aku juga masih ingat saat latihan penghormatan. Aku membenarkan posisi tanganmu dan di situ pandangan kita terkunci beberapa saat. Jika saja waktu dapat dihentikan aku akan menghentikannya kala itu. Aku melihat matamu dalam-dalam. Sungguh mata yang indah. Bening. Hanya sementara aku menikmati indahnya karunia Tuhan sebelum dikagetkan seorang temanku. Tersirat senyum lebar yang pertama kalinya kulihat dari wajahmu setelah kejadian itu.

Rasa penasaran terus berkembang. Sampai aku mencari waktu luang hanya untuk pergi ke kelasmu hanya untuk melihat wajahmu dengan alasan mengoordinasi MOS. Ini adalah hal konyol yang pernah aku lakukan. Sungguh. Aku hanya memendam rasa yang sungguh aku tak tahu apa ini. Bukankah konyol jika aku bercerita pada teman yang lain ada rasa aneh ketika aku bertemu anak kelas 7 berwajah polos itu?

Aku hanya memperhatikanmu dari jauh setelah MOS resmi selesai. Hal yang aku sesali, aku tidak menanyai siapa namamu. Selang beberapa hari aku tahu namamu dari teman kelasku. Dari situ aku mulai mencari dirimu di dunia maya. Tidak lama aku menemukan akun Facebookmu. Namamu unik. Awalnya aku berfikir kamu tidak seagama denganku, tapi setelah kita bertemu di mushola dengan wajah dan rambutmu yang masih basah oleh air wudhu aku baru tahu.

Akhir-akhir ini aku sering bertemu denganmu. Mungkin karena posisi kelasmu yang strategis dengan kelasku. Aku juga sering bertemu denganmu di mushola. Aku selalu senang melihat wajahmu, rambutmu yang terbasahi air wudhu. Nampak lebih segar. Apakah ini juga yang membuatku selalu datang lebih awal dimushola dibanding dulu? Cinta mungkin ini memang cinta. Tapi apakah ini benar bukan ketertarikan sesaat. Entahlah biar saja aku memperhatikan, memahami, dan mencintaimu dari jauh. Biarkan ku memelukmu tanpa harus memelukmu. Silahkan berjalan sesuai alurmu.

Rasa penasaran ini terus berkembang.
Senior yang menggemarimu.

Tidak ada komentar: