Sabtu, September 27, 2014

MAAFKANLAH

Lewat jentikan jemariku ini sebuah kata MAAF terlayangkan. Aku tak tahu ini akan kau baca atau tidak. Satu kata yang membuat hatiku cukup berdesir. Maaf, ya aku mohon, maafkan semua yang telah terjadi begitu saja dan secepat itu. Jika kau bertanya untuk apa aku meminta maaf aku akan balik bertanya. Bukankah dirimu sudah lebih faham dari permohonan maafku? 

Maafkan aku yang tidak bisa menjaga rasa, maaf aku telah mencintaimu, maaf aku telah menganggapmu bagian penting dari hari-hariku, maaf untuk.. sudahlah terlalu banyak kesalahanku kepadamu. Tak kusangka semua akan seperti ini, tak ada unsur kesengajaan sekalipun. Sungguh. Alasannya cukup jelas, kau sudah bersamanya. Entah bagaimana bisa rasa itu tumbuh seperti ini. Mungkin aku terlalu memberi kebebasan untuk perasaan ini.

Semua berasal dari saling tegur dan itu jelas hanya lelucon. Lalu, semua itu berubah menjadi rasa yang benar adanya. Bagaimana bisa kau benar-benar menjadi alasanku tertahan untuk tidur. Kau yang membuatku terlihat rapuh di depan mereka. Apakah semua ini kesalahan terbesarku? Apakah sebuah rasa patut untuk disalahkan? Kurasa tidak.

Ketika berbicara rasa akan terputar semua rasa yang pernah kualami. Yang kutahu, rasa tidaklah pernah salah. Rasa tidak pernah membohongi diri sendiri, kecuali untuk orang yang benar tolol. Lalu aku harus bagimana menghadapi semua ini? Menghindar? aku yakin ini bukan jalan yang terbaik. Lalu bagaimana? Aku ingin beristirahat jika seperti ini.

Jika kau memohon kepadaku untuk berhenti mencintaimu setelah mendengar penjelasanku. Aku akan menjawab "Jangan pernah memintaku untuk berhenti mencintaimu. Seberapapun kau memohon aku tidak akan melakukannya. Tenanglah. Aku wanita perkasa. Hatiku sudah berpengalaman sekian lamanya. Yang perlu kau tau, aku tidak akan mengganggu kebahagiaanmu denganya"
Kau tau alasanku menjawab seperti itu? Karena semua orang mempunyai HAK untuk siapa rasa itu ditujukan. Jadi jangan memintaku menghapus rasa ini. Aku akan menjaga rasa ini agar tak merengkuh kebahagiaanmu bersamanya. Jangan khawatir. Percayalah, kau sudah terlalu baik Pangeran.

Bahagialah bersamanya. 
Jika kau dikecewakan kemarilah

Senin, September 08, 2014

Ketika Terjadi Lagi

Hai, selamat malam. Kamu. Iya, kamu.. Lagi ngapain? lagi di mana? sama siapa? gimana kabarnya? Berhakkah aku bertanya atas semua itu?
Sejak kedatanganmu beberapa minggu ini, aku seperti kembali ke masa yang pernah aku lewati. Kembali kepada rasa yang pernah tertiup angin, hampir tumbang, lalu benar-benar tumbang. Awal pertemuan kita. Ya aku ingat, saat itu aku sedang mengikuti lomba dan kamu bertugas mendokumentasikan. Dari situ percakapan absurd yang terkadang sulit di cerna terlontar dari mulut kita. Perkenalan kecil sampai lelucon yang membuat perut sakit. Kamu bukan seperti teman, tapi sebagai seorang pelawak tepatnya. Dengan lelucon-lelucon yang dibawakan comic StandUp kau mengocok perut kami.
Disitulah ketertarikan itu muncul. Entah apa yang membuatku selalu mencari-cari tentangmu setelah itu. Wajahmu? tidak, wajahmu biasa saja. Kamu pandai? tidak, kamu lola. Entahlah.
Semua berjalan tetap seperti itu. Sampai diperlombaan berikutnya, sampai aku tau kamu sedang dekat dengan temanmu yang juga satu tim denganku. Mataku hanya menatap lurus, seperti ditetesi air raksa, untuk berkedippun sulit. Untunglah aku tak sampai membicarakan kepadanya. Aku tak tahu bagaimana jika dia mengetahui, mendengar secara langsung bahwa kita menyukai orang yang sama. Nafasku tersengal. Kamu tahu bagaimana rasanya saat itu? tidak hanya hari itu, latihan selanjutnya dia selalu bercerita tentangmu. Hatiku seperi dihujani beribu duri dan menancap tanpa tahu mengenal rasanya.
Aku memutuskan membiarkan semuanya berjalan seiring waktu. Mungkin andalanku hanya waktu yang akan membuktikan. Sampai rasa itu benar-benar terpendam. Tapi sekarang, rasa itu kembali tumbuh. Sejak percakapan absurd itu terjadi lagi. Ada rasa rindu di setiap jentikan pesan singkat yang terkirim. Kau tau? mungkin tidak. Akhir-akhir ini aku sering menunggumu sampai larut malam hanya untuk mengunggumu di pesan singkat. Tapi, kau juga tak muncul-muncul. Entah apa yang terjadi dua hari belakangan ini pada dirimu. Sepertinya kau baik-baik saja. Oh.. apakah kau sudah mempunyai gebetan baru yang kau incar itu? iya, yang kau ucapkan kepadaku? Semoga kau baik-baik sajalah. Jika itu benar, Selamat. Sekali lagi selamat karena tanpa aku sengaja aku membukakan hati padamu lagi. Kalau kamu tak mau menutupnya dan kamu tak mengizinkan aku masuk ke hatimu, aku tak apa. Sungguh. Tapi dikamus besarku tak ada kata "Aku bahagia jika melihatmu bahagia dengan yang lainnya." yang ada dalam kamus besarku "Aku bahagia jika aku melihatmu tersenyum bahagia karenaku dan bersamaku."

Lagi-lagi kau buat aku menunggu
sebuah kepastian yang tidak pasti adanya