Matahari sudah mulai meninggalkan persinggahanya. Hanya sinar rembulan yang menerangi ruangan berukuran 3 x 4 m ini. Suara jangkrik memberikan nada nada indah. Aku sudah beberapa kali mencoba tenggelam dalam kedinginan, tetap saja aku masih terjaga. Aku merasakan kesunyian yang mulai merayap. Hanya memandang langit-langit kamar. Hampa. Aku tak tahu energi apa yang membuatku tetap terjaga sampai larut seperti ini. Satu hal, aku masih memikirkanmu malam ini. Mungkin itu alasanya atau entahlah.
Aku membayangkan jika saja saat itu tak terjadi hal seperti itu. Jika saja saat itu tak ada harapan. Jika saja aku bisa mengontrol perasaanku. Andai saja saat di Bali kau tak ukir kisah indah sampai susah untuk dilupakan. Semua hanya andaian belaka. Semuanya sudah berlalu. Sudah saatnya untuk dilupakan.
Aku terlalu mengingkari kalau dirimu memang susah untuk dilupakan. Tepatnya kenangan yang masih terngiang. Dirimu memang tidak seistimewa Harry, tak setampan Shaheer Seikh, dirimu adalah dirimu sendiri. Senyumu renyah, tatapanmu hangat, matamu aku suka, lesung pipimu yang selalu mengiringi tawamu. Aku cukup tahu tentang itu semua. Melupakan sesuatu yang terlanjur jatuh kedua kalinya tidaklah mudah. Setangguh apapun, se kuat apapun aku tetap saja aku perempuan. Aku butuh obat untuk mengurangi nyeri yang masih sering kambuh. Untuk melupakanmu saja aku terjatuh beberapa kali. Kehadiran lelaki lainpun tak memudarkan semuanya. Kau masih tertinggal dalam bayangan yang sering muncul ke permukaan. Justru kehadiran lelaki lain itu menambah goresan yang sudah kau lukis. Aku semakin sadar bahwa aku butuh tenaga extra untuk melupakanmu. Aku butuh berbagai macam cara untuk memulihkannya. Masih saja tak bisa kuhapus ruang untukmu. Handphoneku, leptop, album masih ada sosokmu di sana. Apalagi pikiranku yang terus digelayuti bayangan nyata ataupun tidak.
Aku ingin melupakanmu. Aku sudah lelah dengan semua drama ini. Aku ingin kita kembali seperti dulu. Saling bercerita tentang drama kehidupan masing-masing sebagai seorang teman. Iya, teman. Sebelum kau tahu aku mempunyai rasa lebih yang mulai tumbuh kembali. Aku lebih bahagia saat itu. Saat gurauan dan gojlokan tak lagi menyakiti hati. Saat tak harus saling menjaga perasaan satu sama lain.
Aku tak tahu bagaimana caraku melupakanmu. Yang kutemukan jalan buntu yang memaksaku untuk berputar balik. Jika aku harus melupakanmu, katakanlah padaku bagaimana caranya agar aku bisa melupakanmu. Aku ingin melupakan semua ini, tentang perasaan yang terus bergejolak disetiap gelombangnya. Tentang rasa yang salah. Mungkin aku akan lebih bahagia melihatmu dengan kekasihmu, aku akan lebih bahagia saat kau kembali bercerita kepadaku apa yang terjadi pada hubungan kalian. Aku mengharapkan semua itu kembali. Aku ingin melukiskan akhir masa biru putih ini dengan indah dengan sejuta cerita yang kubawa. Kemarin aku sudah berhasil melupakan sebagianya, 85% bukankah itu menyenangkan? tidak karena dari 85% kembali gagal 25%. Haruskah aku terus berusaha menghilangkan 40% lainya?
Katakan padaku bagaimana caraku
untuk melupakanmu-Untuk teman